Pakistan Zindabad! Artinya panjang umur Pakistan. Pakistan Zindabad adalah sebuah slogan yang digunakan oleh bangsa Pakistan sebagai sebuah ekspresi kemenangan atau patriotisme. Seringkali diucapkan dalam pidato-pidato, lagu-lagu penyemangat, bahkan ketika pertandingan olahraga.
Kali ini saya pengin curhat soal Pakistan. Salah satu negara yang ingin saya kunjungi setelah Makkah dan Madinah. Ada banyak cerita yang tersembunyi di sana, dan saya ingin melihatnya sendiri untuk mengetahuinya.
Berawal dari kekaguman setelah membaca trilogi perjalanan Agustinus Wibowo, khususnya dalam Selimut Debu dan Titik Nol, ia menceritakan negeri yang mendapat tempat di hati saya ini.
Dibalik Pakistan Zindabad
Dalam bukunya, Agustinus menyebutkan bahwa Pakistan adalah saudara kembar India. Tak heran jika budaya dan adatnya mirip dengan negara tetangga yang menjadi musuh bebuyutannya saat ini. Lho kenapa? Disinilah awal mula ceritanya mengapa saya tertarik ingin pergi ke sana.
Agustinus menyebutkan bahwa Pakistan dan India bak dua saudara kembar yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai. Lalu masing-masing menempuh jalannya sendiri-sendiri, lalu saling bersaing untuk menjadi yang paling hebat dan kuat.
Kedua negara memang bermusuhan, tapi tindakan mereka simetris, saling balas membalas. Jika India menjajal nuklir, maka Pakistan akan siapkan bom atom yang lebih dahsyat.
Pakistan membuat serial drama anti-India, maka India pun tidak mau kalah dengan sederetan Bollywood yang menggambarkan Pakistan sebagai negeri para bajingan. Kalau India memenangkan piala kriket, maka kiamat bagi fans Pakistan. Sementara kalau tim kriket India keok, maka seluruh Pakistan akan berdansa.
Yes. Cermin. Tak salah jika orang bilang, hidup itu adalah sebilah cermin. Dunia di matamu sesungguhnya adalah cerminan dari hatimu sendiri. Caramu memandang dunia adalah caramu memandang diri. Jika dunia penuh kebencian dan musuh dimana-mana, sesungguhnya itu adalah produk dari hatimu yang dibalut kebencian. Jika kau kira dunia penuh dengan orang egois, sesungguhnya itu adalah bayangan dari egoisme egomu sendiri. Dunia yang muram berasal dari hati yang muram. Begitulah.
Surga yang Tersembunyi
Jika teman-teman sering melihat iklan destinasi wisata ke Turki, Korea Selatan, Singapura, atau Wonderful Indonesia di Youtube, pernahkah teman-teman melihat iklan dari Pakistan? Betapa pesona negeri ini sangat menarik hati.
Jujur saja, setelah membaca Titik Nol dan Selimut Debu karya Agustinus Wibowo saya baru menyadari bahwa Asia Tengah yang paling membuat saya jatuh cinta adalah Pakistan. Negeri yang ternyata indah bagaikan surga.
Tahu pegunungan tertinggi kedua di dunia? Ya, ada di Pakistan.
Tahu masjid indah dengan bangunan kuno nan megah di Punjab? Ya, lebih indah dari Taj Mahal.
Negeri empat musim yang tidak banyak orang tahu, inilah Pakistan.
Sebelum ke Pakistan, ada baiknya kita mempelajari budaya-budayanya di sini yuk!
Bersiap dengan Culture Shock
Meskipun Indonesia dan Pakistan adalah dua negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Agustinus menyebutkan bahwa ada guncangan culture shock setiap kali memasuki Pakistan. Di Pakistan, segala sesuatu dipisahkan berdasarkan gender. Mulai dari sekolah sampai warung, dari bus ke bank. Saya pun penasaran dan menanyakan kebenarannya pada seorang teman berkewarganegaraan Pakistan, dan iya benar adanya.
Kata 'perempuan' dalam bahasa Urdu adalah aurat. Bukan hanya bagian dari tubuh, tapi sekujur tubuh mereka secara keseluruhan adalah aurat. Kaum hawa tidak keluar rumah kecuali kalau dibarengi ayah atau suaminya atau anggota keluarga yang laki-laki.
Namun tidak jarang juga yang bekerja sebagai pramusaji di restoran cepat saji dengan bibir merah merona, rambut sepundak tergerai, memakai rok mini bahkan lalu mengucapkan bahasa Inggris yang fasih. Biasanya hal seperti ini hanya terjadi di kota besar. Bahkan tidak jarang begitu keluar dari pintu restoran itu, mereka akan menutup kembali tubuhnya.
Karena tak mungkin perempuan itu akan berjalan sendirian di Lahore dengan pakaian seperti itu. Dunia mereka tidak bersinggungan dengan dunia Pakistan yang sebenarnya. Berada di Pakistan, semua orang sadar bahwa ada dunia-dunia yang berkontradiksi, semua orang harus tahu akan zona dan garis batas masing-masing.
Mulai dari Islamabad, Lahore, Peshawar, Khyber Pakhtunkhwa hingga K2
Jika diberi kesempatan untuk ke Pakistan, saya ingin menjelajah kota-kota itu. Mulai dari Islamabad, Punjab, Lahore, Peshawar, Khyber Pakhtunkhwa hingga K2 bersama suami dan anak saya tentu saja, hihi. Syukur-syukur bisa sekalian umroh dari sini kan.
Islamabad adalah ibukota Pakistan. Jika kita naik pesawat dari Jakarta, kita bisa memilih dua kota di Pakistan. Islamabad atau Lahore. Tiket pulang pergi kesana dari Jakarta kira-kira sebesar 28 juta per orang. Waw. Hehe.. Terakhir kali cek sih sebelum pandemi, mungkin saat ini turun sedikit.
Bagaimana dengan visa? Ya, Pakistan sudah memberlakukan visa on arrival bagi 50 negara. Salah satunya Indonesia. Lewat situs resmi visa Pakistan, www.dgip.gov.pk dijelaskan bahwa 50 negara termasuk Indonesia bisa masuk ke Pakisan cukup dengan visa on arrival.
Turis Indonesia bisa mengajukan permohonan 46-72 jam sebelum kedatangan ke Pakistan untuk mendapat Electronic Travel Authorization (ETA). Biaya pembuatannya per Maret 2019, bagi pemegang paspor Indonesia sekali masuk (single entry) adlaah 25 dollar. Visa Pakistan untuk pemegang paspor Indonesia berlaku untuk maksimal tiga bulan sekali kunjungan.
Islamabad juga menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik, kita bisa menikmati street food dan jalanan ibu kota dengan kerlip lampu berwarna-warni. Jangan lupa mampir ke masjid Faisal Islamabad.
Setelah dari Islamabad, kita bisa ke Lahore. Ada masjid Bashani yang indah. Konon di dalamnya ada zona misterius yang disebut-sebut sebagai kawasan prostitusi terbesar dan tersohor di seluruh negeri, orang-orang menyebutnya Heera Mandi. Namun di buku Agustinus tidak terungkap faktanya. Masih berupa desas-desus yang sudah bukan menjadi rahasia umum, katanya. Entah.
Namun dibalik itu semua, saya tetap ingin mengunjungi Lahore dan mencicipi teh di sana, karena Lahore termasuk ke dalam kota kuno yang menyimpan banyak sejarah. Berjalan berdua bersama suami di tengah musim semi atau salju, pasti indah rasanya.
Lalu tak kalah pentingnya saya juga ingin ke Peshawar. Kenapa? Karena di sana juga banyak bangunan kuno yang tentunya menyisakan banyak cerita. Peshawar adalah ibu kota Kerajaan Gandhara selama 2000 tahun. Selama ribuan tahun kota ini menjadi pusat perdagangan antara anak benua India, Afghanistan dan Asia Tengah.
Namun kata seorang teman yang berkewarnegaraan Pakistan, pergi ke Peshawar untuk melihat-lihat boleh saja. Tapi jangan sampai ke perbatasan Afghanistan. Negeri yang telah hancur karena perang itu masih sangat berbahaya untuk masyarakat sipil.
Agustinus juga menyebutkan dalam bukunya bahwa Peshawar dikenal sebagai kota tempat diselundupkannya banyak senjata oleh dan dari Afghanistan untuk Taliban. Tidak hanya itu, di sinilah pintu surga bagi para pencandu narkoba. Namun, ia juga termasuk dalam kota dengan pengobatannya yang terbaik di provinsinya.
Penduduk Peshawar terutama terdiri atas tiga kelompok etnis yaitu orang Pashtun (yang mendominasi Pakistan), Tajik, Hazara, Uzbek, Persia. Punjabi hingga Gipsi. Jika teman-teman bermadzhab Sunni maupun Syiah, aman-aman saja di sini. Namun ada juga di daerah lain yang sangat tidak menerika kehadiran Syiah atau disebut sebagai Hazara di sana.
Dari Peshawar, saya ingin ke Khyber Pakhtunkhwa, tempat tinggal salah seorang teman yang selama ini tidak lelah menjawab keingintahuan saya soal Pakistan dan kebudayaannya di sana. Meskipun berada di desa kecil yang jauh dari perkotaan, banyak juga lho yang menarik di sini. Terutama makanannya yang murah meriah.
Sajian nasi kebuli (di Indonesia) mereka menyebutnya di sana juga sebagai kabuli adalah sajian khas yang diberikan untuk tamu yang datang. Penduduk Pakistan sangat menghormati tamu, tidak heran jika teman-teman memiliki teman di sana, pasti akan disambut dengan sangat baik dan suka cita. Katanya, tamu adalah pembawa keberuntungan.
Makanannya tidak terlalu jauh berbeda kok dengan Indonesia. Ada banyak rempah juga yang dimasak untuk setiap makanan. Begitu juga dengan sayur, daging, dan buah-buahan. Hanya saja penyajian mereka hampir selalu dalam porsi besar. Lalu dimakan bersama-sama sambil duduk bersila. Inilah salah satu quality time keluarga di Pakistan. Makan bersama adalah hal wajib.
Beberapa destinasi lain yang mungkin tidak akan kita sangka indahnya adalah pegunungan K2 yang selalu tertutup salju. Juga banyak danau dengan air hijau dan biru sungguh memanjakan mata. Seperti Attabad Lake di Hunza serta Ibrahim Waterfall di Khuzdar, Pakistan.
Bagaimana dengan K2?
Seperti yang telah kita ketahui bahwa K2 adalah gunung tertinggi kedua di dunia. Terletak di perbatasan antara Pakistan dan RRC di wilayah Gilgit, Baltistan, bagian utara Pakistan. Tinggi gunung ini mencapai 8611 meter (28.251 kaki). K2 adalah puncak tertinggi di pegunungan Karakoram dan juga di Pakistan di Xinjiang.
Konon, gunung ini lebih sulit didaki daripada Gunung Everest karena cuacanya yang buruk. K2 juga lebih tinggi di daerah sekitarnya bila dibandingkan Gunung Everest. K2 juga dijuluki gunung biadab karena hal ini. Mendaki melalui sisi Tiongkok lebih sulit dan berbahaya, oleh karena itu banyak pendaki menaiki gunung melalui sisi Pakistan.
Akrab dengan Himalayan Salt? Gunung inilah penghasilnya. Kemudian diekspor ke berbagai negara dengan harga yang tidak murah. Padahal, teman saya mengatakan harga Himalayan Salt di sana sangat murah. Dijual perkilo dengan harga setara tiga belas ribu rupiah saja. Di sini? Jangan tanya.
Masih ada lagi menurut penuturan seorang teman, surga yang menjadi rebutan antara India dan Pakistan, yaitu Kashmir. Destinasi wisata di sana jauh lebih indah, katanya. Sayangnya saat ini Kashmir menjadi wilayah konflik, sehingga belum aman untuk dikunjungi.
Saya berdoa mudah-mudahan Pakistan terus memiliki kekuatan militer nomor satu di Asia, sehingga tidak ada lagi jejak peradaban Islam yang hancur karena perang. Baik itu perang saudara maupun perang melawan negara lain.
Tolong, tunggu saya ya, Pakistan.
Pakistan Zindabad!
Referensi :
Selimut Debu dan Titik Nol oleh Agustinus Wibowo
Sumber gambar : Wikipedia, Instagram @Pakistan
#RCO9
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeODOP9